Ralf Rangnick, mantan manajer interim Manchester United, telah mengungkapkan masalah kronis yang menurutnya telah melanda klub tersebut selama lebih dari satu dekade.
Rangnick menyoroti kurangnya struktur keputusan yang kuat dan krisis kepemimpinan yang belum terselesaikan sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada tahun 2013. GOAL ARAB, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Investasi Besar, Hasil Tak Sesuai Harapan
Salah satu faktor yang memperlihatkan masalah internal Manchester United adalah tingginya pengeluaran dana untuk transfer pemain. Rangnick menyebutkan bahwa mereka telah menghabiskan 700, 800 juta pounds demi membangun skuad yang kompetitif. Namun, ironisnya, investasi besar tersebut tidak diimbangi oleh peningkatan performa di lapangan.
Klub terus melakukan belanja besar tanpa strategi jangka panjang yang matang. Akibatnya, hasil yang diperoleh pun jauh dari ekspektasi. Banyak pemain baru yang didatangkan, tetapi performa tim justru menurun dan sering tercecer dari posisi papan atas Premier League.
Rangnick menyoroti bahwa belanja besar tidak serta-merta berbanding lurus dengan hasil, menunjukkan bahwa uang yang dihabiskan tidak otomatis membangun fondasi yang kuat untuk keberhasilan jangka panjang. Kegagalan ini menunjukkan bahwa manajemen transfer dan perencanaan tim tidak dilakukan secara strategis.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Siklus Pergantian Pelatih Ketidakstabilan
Salah satu masalah utama yang diungkap Rangnick adalah siklus pergantian pelatih yang tampaknya tak berujung. Ia menilai bahwa klub terlalu bergantung pada pelatih baru yang datang tanpa memiliki panduan struktur yang jelas. Setiap pelatih membawa filosofi dan sistem permainan berbeda, yang menyebabkan ketidakstabilan di dalam tim.
Selain itu, pemain-pemain yang direkrut cenderung disesuaikan dengan kebutuhan jangka pendek pelatih tertentu, bukan untuk membangun fondasi jangka panjang. “Ini menciptakan siklus tak sehat yang terus berulang,” ujar Rangnick. Ketidakpastian ini membuat tim sulit mencapai konsistensi dan stabilitas performa.
Rangnick menegaskan bahwa jika klub terus mengikuti pola ini, “Manchester United tidak akan pernah mencapai stabilitas yang diharapkan.” Ia menyarankan perlunya pendekatan yang lebih matang dan berorientasi jangka panjang dalam memilih pelatih dan strategi pembangunan tim. Tanpa adanya kestabilan, harapan untuk kembali ke puncak kejayaan menjadi semakin jauh.
Baca Juga: Nottingham Forest Sepakat Rekrut Timothy Weah dan Samuel Mbangula dari Juventus
Era Ferguson Ketika Klub Masih Memiliki Arah Jelas
Menurut Rangnick, salah satu penyebab utama krisis di Manchester United adalah hilangnya sosok Sir Alex Ferguson dari kursi manajer pada 2013. Ferguson bukan hanya pelatih, tetapi juga figur strategis yang mampu mengarahkan seluruh aspek klub. Ia memainkan peran vital sebagai “dalang dari segalanya” di balik keberhasilan klub selama lebih dari dua dekade.
Ketika Ferguson pergi, klub kehilangan figur yang mampu menjalankan pengambilan keputusan strategis secara konsisten. Rangnick menyoroti bahwa “a membawa banyak orang penting ke dalam klub, dan kepergiannya meninggalkan kekosongan dalam struktur manajemen.
Tanpa figur otoritatif, klub menjadi rentan terhadap kekacauan internal dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Rangnick menegaskan bahwa “kita harus kembali ke tahun 2013,” dan menyadari bahwa keberhasilan Manchester United selama ini sangat bergantung pada kepemimpinan yang kuat.
Membangun Kembali Identitas dan Masa Depan Klub
Mengakhiri analisisnya, Rangnick menegaskan pentingnya membangun kembali identitas dan fondasi klub yang kuat. Ia menyarankan agar Manchester United fokus pada penciptaan struktur kepemimpinan yang jelas dan berorientasi jangka panjang. Tanpa fondasi tersebut, segala upaya perbaikan hanya akan bersifat sementara.
Selain itu, Rangnick menyoroti perlunya klub untuk menentukan visi yang jelas dan konsisten, baik dalam hal manajemen maupun filosofi permainan. Ia percaya bahwa membangun tim yang berkelanjutan membutuhkan kesabaran dan strategi yang matang, dan bukan sekadar belanja besar tanpa arah. Klub harus belajar dari masa lalu dan memperbaiki sistem internal mereka.
Akhirnya, Rangnick mengingatkan bahwa Manchester United harus mampu menegaskan kembali identitasnya sebagai klub besar dengan sejarah panjang. “Kembalinya kejayaan tidak hanya bergantung pada hasil di lapangan, tetapi juga pada budaya dan kepemimpinan yang kuat,” ujarnya. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik goalarab.net.